Tuesday, January 1, 2013

Sanghyang Island, Banten



Heyhoo..! Happy New Year! It’s a brand new year. My year!


Gw mau nulis tentang my latest trip tgl 28-30 Des 12 kemarin ke Pulau Sanghyang, Banten. Gw pergi bersama teman-teman RnD HPEQ. Awalnya bos gw pengen dibikinin acara capacity building, lalu gw langsung cari tempat yang bagus yang belum pernah gw datengin, mumpung gratis, hehe. Lalu setelah searching, gw memutuskan untuk memberikan proposal ke Pulau Sangiang, atau yang biasa disebut Pulau Sanghyang. Pulau ini terletak di Banten, seberang Anyer. Dari pelabuhan Paku Anyer, perjalanan menyeberang memakan waktu 1,5 jam. Waktu googling, gw menemukan berita banyak yang kecelakaan waktu menyeberang dari dan ke Sanghyang. Berita ini bikin gw takut, plus ini akhir tahun, laut sedang bergejolak dan musim hujan, tapi ya berdoa aja.

taking picture before sailing
Meeting point kami di FX Senayan. Setelah briefing, kami berangkat menuju Anyer pukul 21:30. Sayang sekali beberapa teman kami tidak bisa ikut. Kami sampai di Anyer pukul 01:30. Perkiraan gw awalnya adalah perjalanan memakan waktu 6 jam, ternyata lancar bleh. Kami menginap di rumah penduduk yang bernama Pak Rais, abang dari Pak Samukti, guide kami. Esoknya kami bangun pagi untuk kegiatan Exploring and Capturing di wilayah Puskesmas Anyar (kerja dulu, hehe). Setelah itu kami siap-siap untuk berangkat ke Pulau Sanghyang. Namun, ombak sedang tinggi-tingginya. Jadi kami menunggu di pelabuhan cukup lama, kurang lebih 2,5 jam. Saat itu gw khawatir mengecewakan teman-teman, tapi memang kondisi alam tidak bisa diprediksi. Selain itu, teman-teman juga belum makan siang, untung ada cemilan. I kept saying them to pray for the sea. Kami menghabiskan waktu untuk foto-foto dan main Capsa. Finally, dengan menggunakan 2 kapal, pukul 13:30 kami berangkat menuju Pulau Sanghyang. Waaaaw ombaknya bener-bener bikin jiper. Beberapa kawan kami muntah di perjalanan. Kasian Ayu yang sedang hamil.
menuju penginapan
 Pukul 15:00 kami sampai di Pulau Sanghyang, yang adalah perkampungan nelayan. Pulau ini hanya terdiri dari kurang lebih 10 KK, 1 RT. Umumnya penduduk yang tinggal di sini juga punya rumah di Anyer, jadi mereka di sini hanya untuk bekerja, atau liburan sekolah. Rumah penduduk terbuat dari kayu dan umumnya berbentuk rumah panggung. Toilet sangat terbatas. Kami menggunakan toilet di pendopo pulau untuk mandi. Hanya itu saja kamar mandi yang tertutup. Tempat ini lumayan terpencil, signal handphone gak nyampe euy. Bener-bener runaway.
our homestay

Setelah makan siang, kami siap-siap untuk trekking hutan menuju Goa Kelelawar. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 1 jam. Goa Kelelawar yang bau kotoran hewan ini berukuran kecil dan langsung menembus laut. Awalnya kami berpikir kalau kami akan masuk susur goa, ternyata hanya mencapai mulut goa. Di goa ini banyak terdapat kelelawar, ikan hiu, dan biawak. Keren deh. Setelah foto-foto, kami beranjak ke sisi lain pulau untuk menikmati sunset, gak tau ini nama pantainya apa. Di pantai ini banyak kayu dan sampah.
Goa Kelelawar
Setelah menikmati sunset, kami kembali ke homestay untuk bersih-bersih lalu makan malam di pendopo. Malamnya, kami mengadakan acara sharing sampai jam 12 malam. Alhasil, paginya gak kuat ngeliat sunrise hahaha.
Setelah sarapan pagi, kami menuju Legon Waru untuk snorkelling. Oh iya, si Pulau Sanghyang tidak terdapak penyewaan snorkel gear dan fin, jadi harus bawa sendiri dari Jakarta. Gw nyewa snorkel gear dan fin dari Ligoola yang berlokasi di Tebet, Jakarta. Di Legon Waru banyak karang bagus tapi ikannya sedikit. Kemudian spot kedua di Legon Bajo. Anjrit, keren dah! Ikan juga banyak, warna-warni. Sayang banget underwater cameranya bang Freddy udah lowbat waktu di Legon Waru. Di Legon Bajo banyak karang yang dangkal sekali, jadi hati-hati banget takut nginjek. Pukul 10:30 kami lunch di pantai Legon Bajo, sisi lain pulau Sanghyang. Kemudian pukul 11:30 kami berlayar kembali ke Anyer. Kami harus berangkat sebelum jam 12, karena takut akan ombak yang bergejolak. Ternyata bener aja, wuih luar biasa ombaknya, baju kami basah semua. Tapi kali ini nggak ada yang muntah, mungkin karena sudah makan siang.
HPEQ troopers in Love formation
Kami sampai di rumah Pak Rais pukul 13:00. Kemudian kami beres-beres, pamit, dan beranjak pulang pukul 15:30. Kami sampai di Jakarta kira-kira pukul 19:00. Thank God for the end-year runaway :D

ini sedikit videonya
Cheers!

Sunday, December 16, 2012

Pari, I'm in Love


Hollaaaaa...!! it takes a month to make me write this! Gilee virus kemalasan dalam menulis kembali menyerang... rrgggggh...
Gw mau cerita trip gw sebulan yang lalu ke Pulau Pari, di Kepulauan Seribu. Not so special sih.. tapi gw kan udah janji untuk nulis hahah.. kira-kira dua minggu sebelumnya gw ke Curug Seribu, Gn. Salak, gak usah gw tulis yaa..
10-11 November 12 kemarin gw ke Pulau Pari bersama komunitas baru gw anak-anak Lenteng Agung, huee, most of them alumni 28. Cost per orang Cuma Rp 250000. Jam setengah 4 pagi gw udah bangun untuk siap-siap karena si Cukong mau jemput gw jam 4 eh taunya jemput 04:30. Pret banget emang tuh orang. Ngantuk banget gw.. setelah jemput gw, kami ke rumah Yusril (doi gak ikut karena sakit). Dari situ gw, cukong, sama ale berangkat ke stasiun kereta LA. Beegghh ternyata jam 5 kereta penuh mampusss.. gw sampe sekarang masih parno tiap naik kereta ekonomi, apalagi kalo udah pepes begituh! Malah ada yang pelukan pula. Antara risih dan iri memang tipis yee..
Jam 6 kami sampai di stasiun kota. Wina dan Icha (baru kenalan di sini) sudah menunggu. Waaah sudah lama sekali gak ketemu Wina. Gak berapa lama teman-teman yang lain pun sampai. Kami sempat kebingungan karena si Bit tiba2 menghilang. Bingung antara mau nunggu dia atau jalan duluan karena takut ketinggalan kapal. Eh ternyata doi udah duluan berangkat ke Muara Angke. Buset aneh bener tu bocah.
Kecapean.. Puas tidooorrr
Tiba di Angke, gak berapa lama kami naik kapal barang lalu berangkat. Gw tidur total selama di kapal, lagi kecapean bener deh. Tepat 2 jam perjalanan kami sampai di Pulau Pari. Wahh kesan pertama yang gw lihat adalah pohon-pohon yang khas di Pulau Pari. 
arrived @ Pari Island

Setelah foto-foto sebentar di dermaga, kami berangkat ke penginapan. Penginapannya kayak rumah barbie, warna-warni didominasi warna ungu. Di halaman rumah banyak terdapat sepeda. Ternyata di pulau ini umumnya pakai sepeda. Setelah unpacking dan istirahat sebentar, kami main sepeda menuju pusat LIPI. Lalu kami foto-foto, dan kembali ke homestay untuk makan siang. Menunya seperti biasa: ikan.

our cute homestay
Then, kami siap-siap untuk snorkeliiiinnnnng!! Snorkelingnya serruuuu.. i like the underwater view. It was so damn beautiful! Sayang pada saat itu entah kenapa napas gw pendek deh jadi gak berani ke bawah. Dan sayaang sekali gak ada underwater camera. Eh ada ikan kakak tua yang kayak di Karjaw juga! 
Pulau Tikus


narsis dulu..hehehe
Setelah puas snorkeling, kami main ke Pulau Tikus. Eh seneng deh gw sama pulau ini. Tapi kapal gak bisa terlalu dekat, jadi kami harus jalan ke pulau. Nah, hati-hati, harus pakai alas kaki. Di bawah ternyata ada bulbab sekampung! Kami mengitari Pulau Tikus sambil foto-foto, kemudian kembali ke kapal. Eh gw foto megang bulbab loohh hiiiiyyy.. ternyata kalau kita lembut, dia gak nyengat! Thanks bang Bit yang nangkepin :p di sana juga banyak bintang laut yang warnanya nyaru sama pasir, jadi, hati-hati ya keinjek.
Teripang unyuu

Si Dugong juga nemuin Teripang hihiy jadi kami poto-poto sama Teripang. Senengnyaa..
warnanya nyaru sama pasir
Kami kembali ke LIPI untuk menikmati sunset. Tetapi sunsetnya gak keluar euy. Jadi gw poto-poto aja sama bintang laut. Lalu kami kembali ke penginapan deh, ISHOMA. After that, kami barbecue-an di dermaga sampai malam.
Sunset
Esoknya gak ada yang kuat bangun untuk sunrise hahaha.. setelah sarapan kami main di Pantai Pasir Perawan. 
Pantai Pasir Perawan
Duh sayang banget gw gak bisa ikutan berenang karna gak ada baju lagi. Cuma bawa 1 untuk ganti hahahaha. Setelah berenang, kami kembali ke penginapan untuk makan siang dan beres-beres dan siap-siap pulang. Kami sampai di Angke kira-kira pukul 3 siang. Setelah itu lanjut ke Depok untuk merayakan ulang tahunnya Harun. Oh iya, niat awalnya ke Pari itu si Harun mau nembak salah satu teman kami, eeehhhh kagak kejadian. Huff cemen!
NICE TRIP, GENKS….!!!

dari atas ki-ka: bit, cukong, icha, firman, harun, gw, tika, ale, prita, nita, wina, dini, adiknya tika

Tuesday, October 9, 2012

Green Canyon menyegarkan hati



Pantai Batu Karas

Weekend kemarin (28-30 Sept 12) gw main ke Green Canyon, Pangandaran, Jawa Barat. Lokasi Green Canyon ini di Desa Kertayasa, Ciamis, Jawa Barat, kurang lebih 31 Km dari Pangandaran. Green Canyon ini sebenernya nama tempat wisatanya Cukang Taneuh, Citumang, tapi lebih dikenal dengan Green Canyon. Gw bersama teman-teman gw ber-5 (Siskom, Cukong, Yusril, Isni) lalu ketemu team lain 4 orang, jadi ber9 deh. Awalnya kami berangkat dari terminal Kampung Rambutan. Kami naik bus AC Gapuraning Rahayu Jakarta-Pangandaran, ongkosnya Rp. 65000. Busnya berangkat jam 8 malam. Setelah itu bus yang ke Pangandaran gak ada lagi. Di dalam bus itu kami ketemu dengan team yang 4 orang, lalu ketemu dengan team lain 7 orang. Sepanjang perjalanan gw tetap berkomunikasi dengan Kang Dede, Guha Bau yang menyediakan jasa body rafting. Guha Bau artinya Gua Bau. Nah, di Citumang itu ada gua yang isinya kelelawar, gua-nya bau banget kotoran kelelawar. Kotoran kelelawar ini biasanya dipakai sebagai pupuk. Contact-nya Kang Dede: 085228766558/ 08154666558.

Perjalanan memakan waktu kurang lebih 8 jam. Kami sampai di pool Gapuraning, Pangandaran pukul 4 pagi. Lalu kami dijemput oleh Kang Dede and the gang dengan mobil pick up. Mobil pick up itu disewa Rp. 200rb per hari. Kami ber-9 jadi 200rb dibagi 9 orang. Awalnya kami mau liat sunrise di Pangandaran, tapi gak sempet. Setelah shalat dan bersih2 di Masjid Istiqomah Pangandaran, kami beranjak ke lokasi kantor Guha Bau. Jarak dari Masjid Istiqomah sampai Guha Bau kurang lebih 45 menit. Setelah itu kami sarapan dan siap2 ber-body rafting. Body rafting ini beda dengan rafting. Klo rafting kan pake perahu, nah kalo body rafting ya pake badan aja. Kami pakai life jacket, knee protector sama helm. Untuk perempuan sebaiknya pake legging, jaga2 aja supaya kulit kaki gak langsung terpapar sama batu2 kali. Oya, dianjurkan untuk pake sendal gunung, bawa sendiri dari rumah lebih baik, tapi kalo nggak ada di sana disediain kok, tapi kalo lagi rame, bisa gak kebagian. Biaya body rafting ini Rp 175rb per person, dapet makan 1x, sertifikat, dan fasilitas seperti protector, dll.





Perjalanan dari kantor Guha Bau ke starting point body rafting Sungai Cijulang memakan waktu kurang lebih 20 menit, dengan trek yang luar biasa. Jalanannya rusak dan naik turun. Kami naik mobil pick up yang sebelumnya menjemput kami. Setelah sampai di lokasi, kami harus berjalan kurang lebih 10 menit menyusuri ‘pintu masuk’ hutan untuk sampai ke hulu sungai. Di sini tercium bau kotoran kelelawar. Iyuh.. perjalanan naik turun dan berbatu ini cukup asyik, jadi inget waktu naik gunung.
Setelah sampai di hulu sungai, kami foto-foto dulu. Waah keren banget deh pemandangannya! Air sungainya hijau bening. Arus sungai tidak begitu keras karena sedang kemarau. Gw memang ngejar kemaraunya supaya bisa lihat warna asli sungainya. Kalau lagi musim hujan, airnya coklat dan kotor. Lalu kami mulai dengan lompat ke sungai. Gak semua sih, yang berani ajah.hehe. gw sih hayok! :p
Siskom manja banget di sini -_-
Kami semangat sekali berenang, terbawa arus, dan cipak cipuk menikmati segarnya air sungai. Jiper sekali ketika arus begitu kencang. Gile aje, kemarau aja begini gimana musim hujan?? Bisa kebawa arus gw. Susah banget waktu gw pengen ngelawan arus. Badan terbentur2 batu sana-sini. Kami gak bisa bawa kamera. Jadi kamera dibawain sama mamang tour guide, yang jelas kameranya harus yang waterproof dan kalo bisa shockproof, haha jaga-jaga terbentur batu. Seneeeng banget waktu berenang gaya dada trus ngerasain air dari atas akar pohon. Seperti air hutan/ mata air.

menikmati tetesan air dari atas tebing
Sayangnya, di dekat-dekat akhir perjalanan kami, ada kejadian buruk. Temen gw si Yusril gaya2an loncat salto. Dia gak menyadari di bawah itu ada batu. Dia melepas helm dan life jacketnya. Alhasil kepalanya terbentur batu L sedih deh.. lukanya kami bebat dengan kaosnya, ya pertolongan seadanya aja. Lalu kami cepat-cepat menyelesaikan aktivitas ini. Untungnya memang sudah dekat dengan pintu akhir. Kami mampir di warung di pinggir sungai untuk mencari betadine dan air hangat. Kasian bang ucil.. setelah itu kami kembali ke kantor Guha Bau dengan menggunakan perahu. Yusril langsung ditangani oleh dokter setempat. Melihat cara kerjanya, gw gak percaya kalo doi mau jahit lukanya Yusril, jadi gw minta Bioplacenton aja. 
cepet sembuh bang uciiill


Setelah itu kami mandi, bersih2, beres2, packing. Rencananya kami mau main ke Batu Karas, Batu Hiu, kemudian menginap di Pangandaran. Karena Pantai Pangandaran katanya dekat dengan terminal jadi memudahkan kami besoknya kembali ke Jakarta. Karena terlalu lama berangkat dari Guha Bau, kami sampai di Batu Karas sudah jam 3. Retribusi masuk pantai ini Rp 35rb per mobil. Kami main-main di sana kurang lebih satu jam. Pantainya kurang oke ah, kok di internet keknya oke yah.. trus karena kami mau mengejar sunset di Pangandaran, kami gak jadi mampir di Batu Hiu. Batu Karas – Pangandaran ternyata jaaaaaauh. Kami makin bingung deh mau nginep apa nggak. Dan ternyata Pantai Pangandaran ke terminal juga jauh. Sedangkan bus ke Jakarta itu jam setengah 8 pagi. Hueeee. Waktu sampai Pangandaran, sunsetnya gak dapet, dan kecewa juga ternyata pantainya kayak Ancol. Duh ilfil berat. Waktu sampai Pangandaran gw nanya2 penginapan, harganya 200rb per kamar, bisa untuk 5-7 orang. Tapi kami berpikir lagi, buat apa kalo cuma numpang tidur trus besok subuh mesti siap2 pulang lagi. Dalam detik2 terakhir akhirnya kami putuskan untuk pulang bersama teman2 yang memang gak rencana nginep.


perjalanan ke Batu Karas

Bus malam terakhir Pangandaran-Jakarta berangkat jam 7 malam. Kami naik bus yang sama yaitu Gapuraning, seharga 65rb per orang. Perjalanan pulang juga ternyata memakan waktu yang sama yaitu 8 jam. Kami sampai di Kp. Rambutan pukul 3 pagi. Kemudian setelah say gudbye dengan team yang lain, kami berlima numpang tidur di Masjid Kp. Rambutan. Pukul 5 kami kemudian pulang ke rumah masing-masing dengan bus/angkot. Setelah dihitung-hitung, dalam trip ini kami menghabiskan Rp 340rb per orang.
Badan gw remuk redam gileeee.. mantap lah! Esok harinya gw ke salon untuk luluran sekalian dipijit. Baru enak dah badan gw. Luka Yusril juga katanya sudah membaik. Obrigado, Deo for this another experience.