Monday, January 14, 2013

I Found Peace in Baduy



Selamat pagiiiiiii…!!
Yaoloo sibuk banget minggu kemarin, gak sempet nulis. Gw mau cerita my latest trip ke Baduy. Gw udah lama banget pengen ke sana. Akhirnya, Siskom ngajakin. Awalnya Siskom ngajakin katanya bareng temen-temen tripnya, dan jumlah peserta terbatas, jadi gw gak ajak anak-anak LA Galak Sih. Biaya yang diperlukan Rp. 90rb. Satu minggu setelah dari Sanghyang, sebenarnya masih lelah, tapi tetap pergi juga. Toh udah bayar.
Pukul 05:30 gw udah stand by di stasiun KA Tanjung Barat. Gw naik CL yang langsung ke Tanah Abang. Meeting pointnya di sana. Di St. Tanah Abang gw ketemu si PIC, Frita. Doski anak BPI. Daaan ternyata yang ikut banyaaak banget!!! Anak2 BPI. Duh males banget gw kalo jalan rame begitu. Huh kata Siskom yang ikut terbatas..

Pukul 07:45 kami naik kereta ekonomi menuju Rangkas Bitung. Perjalanan memakan waktu selama kurang lebih 1.5 jam. Setelah itu kami naik Elf kurang lebih 2 jam menuju terminal Ciboleger, pintu masuk perkampungan Baduy. Gw makan, cuci muka, dan belanja dulu di Alfa Mart. Oke banget tuh di sana ada Alfa Mart, tapi gak ada Indomart. Di sana banyak anak yang menjual tongkat karena katanya trekking menuju Baduy Dalam cukup curam, jadi tongkat akan sangat membantu. Harga tongkatnya Rp. 2rb. Gw sama Siskom beli.


Setelah siap semuanya, kami berangkat menuju perkampungan Baduy Luar lalu ke Baduy Dalam. Di Baduy Luar kita bebas foto-foto, tapi kalau sudah masuk Baduy Dalam, kita sama sekali gak boleh mengabadikan sesuatu. Treknya luar biasaaa, plus hujan juga. Naik-turun kayak naikk gunung. Kalau naik gunung kan naaiiiikkk terus, lalu setelah dari puncak turuuuuun terus. Nah, kalo ini, lo naik turun nyeberang sungai, baik itu berangkat maupun pulang.

Perjalanan menuju Baduy Dalam normalnya 4 jam. Namun, kemarin gw sama teman-teman se-group jadi paling belakang karena kebanyakan foto-foto, istirahat, plus ada yang cidera. Perjalanan kami jadi memakan waktu 8 jam! Tapi serunya, kami jadi jalan malam. Hehe buat gw sih seru, tapi ada yang nangis kecapean haha. Waktu gw sama teman-teman istirahat, kami coba iseng mematikan head lamp kami, hiiiyy gelap2an di tengah hutan.



Guide kami, Kang Emen, orang Baduy jg, menemukan seekor ular yang bermotif garis hitam-putih, beracun tuh. Pas gw mau coba foto, eh udah kabur. Gw diomelin Kang Emen, karna gak boleh foto. Eh gw gak tau ternyata itu sudah masuk Baduy Dalam. Fotonya langsung gw hapus. Katanya kalau ketahuan motret di Baduy Dalam, bayar sanksinya dengan tinggal 2 minggu di sana dan bantuin berladang. Nah loh.
Pukul 21:00 kami sampai di Baduy Dalam. Namun hujan tak kunjung berhenti. Baduy dalam terdiri dari penduduk yang katanya jumlahnya dibatasi. Rumah mereka rumah panggung yang terbuat dari bambu dan kayu. Mata pencaharian mereka dari bertani dan berladang, juga menenun (bagi perempuan). Di sana sama sekali gak ada listrik. Oyah, pengunjung gak boleh pake celana pendek di atas lutut. Sebaiknya pakai sarung aja.
Group yang lain sudah santai-santai. Kaki gw udah gak tau lagi rasanya kayak apa. Thank God for the Suncream. Kami nginep di rumah Sapri, ganteng ni bocah kayak model, sayang pendek. Orang Baduy rata-rata cakep, pendek, mungkin karena naik turun bukit bawa beban tiap hari. Sapri, 21 tahun, udah punya anak 1. Huaa. Emaknya Sapri aja 38 tahun, anak 5, udah punya cucu. Emaknya Sapri cantik euy. Doi nikah umur 18an kalo gak salah. Beliau cerita, di sana itu sistemnya dijodohin. Kata Sapri, waktu Sapri dijodohin sama istrinya yang sekarang (cantik banget kata temen gw, gw belum liat), di agak nolak. Katanya si cowok bolek nolak, tapi si cewek agak susah kalau nolak. Lalu, kalau ada orang yang mau menikah dengan orang Baduy Dalam, harus mau tinggal di Baduy Dalam.
Setelah menginjakkan kaki di rumah Sapri, gw ganti baju, bersih-bersih pake tisu basah. Setelah itu kami menyerahkan mie instan dan ikan asin yang kami bawa ke ibunya Sapri. Malam itu kami makan mie rebus plus nasi merah. Setelah itu gw dan 2 orang ke sungai untuk pipis. Niat mau cuci muka juga tapi airnya coklat karena hujan.
Malam itu dingiiinnn banget. Gw males buka Sleeping Bag gw, sayang hehe.. udah ada jaket dan sarung ini. Paginya niat mau mandi di sungai ehtapi hujan deraasss. Tapi gw ke pancuran aja untuk cuci muka dan basahin rambut, sayang airnya jadi agak coklat gara2 hujan. Jarak rumah Sapri ke pancuran kira-kira 5 menit, nyeberang jembatan dulu. Waktu lagi di atas jembatan, bisa keliatan tuh yang lagi pipis, mandi, atau nyuci hehe. Oyah, di sana gak boleh pake sabun dan pasta gigi, jadi pakai air ajah.
Pagi itu kami sarapan mie goreng dan ikan asin. Sebelum pulang gw kasih no hp gw ke Sapri. Katanya dia kadang ke Jakarta. Nanti kalau dia mau ke Jakarta dia akan hubungi gw pake hpnya Kang Emen. Dia bilang, perjalanan ke Jakarta memakan waktu 2 hari jalan kaki. Mereka kan gak boleh naik kendaraan, dan gak boleh pakai alas kaki. Ada teman yang bertanya pada seorang bapak Baduy yang menjadi guide kami: “kan kalo gak ketauan gak apa-apa?” Kata bapak itu: “tapi nanti berbohong sama adat”. Wah mereka memegang kuat sekali adat mereka.
Perjalanan pulang hujan masih bertahan. Kami batal ke Jembatan Akar, ciri khas Baduy. huh sebel deh, karena banyak yang pengen jalan tercepat. Opsi lain pengen lewat Hutan Lindung, tapi ternyata hutan lindung gak boleh dilewati sama orang luar Baduy. Perjalanan pulang kami gak kalah luar biasanya dari perjalanan berangkat. Gileeee lumpur semua. Banyak yang jatuh. Thank God gw gak jatuh selama di sana. Makasih, Eigerku..
Pukul 13:30 gw sama my new guy friends sampai di Ciboleger. Akhirnyaaaa… Siskom masih jauh di belakang sama si Dika. Gw langsung ngantri mandi dan makan siang. Gw makan udah kayak gak makan 3 hari. Kemudian Siskom sampai, lalu setelah kami semua beres-beres, kami foto-foto dan beli madu hutan dari Sapri.
Kami ketinggalan kereta Rangkas-Tn. Abang, kami jadi muter-muter dulu deh. Gw sampai rumah jam 10 lewat. Wah. Luar biasa! Btw, panjang amat ini ceritanya. Hahaha.
ini diaa.. Sapri

dari atas ki-ka: Danang, Siskom, Dika, Aji, Gw, Docik, Zainal

Friday, January 4, 2013

Bersyukur

Tadi gw liat 2 cowok pendek pake jaket untuk menutupi bungkuk dan kelainan pada tubuh mereka. Timbul pertanyaan, apa mereka adik-kakak? Mereka ngajarin gw utk bersyukur.. Mungkin mereka pernah marah sama Tuhan karena kondisi fisik mereka. Tapi tanpa mereka sadari, mereka sudah berperan mengajarkan orang lain untuk bersyukur. Ironis. Memang ironis. Melalui hidup mereka, mungkin banyak orang jadi bersyukur. Gw berdoa supaya mereka merasakan damai sejahtera dalam hidup mereka. Resolusi yang selalu ada di list gw tiap tahun adalah menjadi pribadi yang selalu bersyukur. Naik-turun pastinya, tapi terus belajar. Sebagai manusia mungkin ada beberapa bagian tubuh yang nggak kita suka. Gak muna, gw juga gitu kok. Bahkan orang ganteng/ cantik aja masih merasa kurang sempurna.
Tetapi, sering bertemu dengan orang sakit terus mengingatkan gw untuk bersyukur karena gw sehat. Banyak orang kaya yang nggak bahagia karena sulit bersyukur. Mungkin duit lo pas-pasan, tapi yang penting lo bisa menikmati hidup dengan cara lo sndiri. Ini moto yang selalu gw tanamkan di hidup gw. Man, hidup cuma 1x, why frown? Cry when u wanna cry. Laugh out loud. Love to the max.

Tuesday, January 1, 2013

Sanghyang Island, Banten



Heyhoo..! Happy New Year! It’s a brand new year. My year!


Gw mau nulis tentang my latest trip tgl 28-30 Des 12 kemarin ke Pulau Sanghyang, Banten. Gw pergi bersama teman-teman RnD HPEQ. Awalnya bos gw pengen dibikinin acara capacity building, lalu gw langsung cari tempat yang bagus yang belum pernah gw datengin, mumpung gratis, hehe. Lalu setelah searching, gw memutuskan untuk memberikan proposal ke Pulau Sangiang, atau yang biasa disebut Pulau Sanghyang. Pulau ini terletak di Banten, seberang Anyer. Dari pelabuhan Paku Anyer, perjalanan menyeberang memakan waktu 1,5 jam. Waktu googling, gw menemukan berita banyak yang kecelakaan waktu menyeberang dari dan ke Sanghyang. Berita ini bikin gw takut, plus ini akhir tahun, laut sedang bergejolak dan musim hujan, tapi ya berdoa aja.

taking picture before sailing
Meeting point kami di FX Senayan. Setelah briefing, kami berangkat menuju Anyer pukul 21:30. Sayang sekali beberapa teman kami tidak bisa ikut. Kami sampai di Anyer pukul 01:30. Perkiraan gw awalnya adalah perjalanan memakan waktu 6 jam, ternyata lancar bleh. Kami menginap di rumah penduduk yang bernama Pak Rais, abang dari Pak Samukti, guide kami. Esoknya kami bangun pagi untuk kegiatan Exploring and Capturing di wilayah Puskesmas Anyar (kerja dulu, hehe). Setelah itu kami siap-siap untuk berangkat ke Pulau Sanghyang. Namun, ombak sedang tinggi-tingginya. Jadi kami menunggu di pelabuhan cukup lama, kurang lebih 2,5 jam. Saat itu gw khawatir mengecewakan teman-teman, tapi memang kondisi alam tidak bisa diprediksi. Selain itu, teman-teman juga belum makan siang, untung ada cemilan. I kept saying them to pray for the sea. Kami menghabiskan waktu untuk foto-foto dan main Capsa. Finally, dengan menggunakan 2 kapal, pukul 13:30 kami berangkat menuju Pulau Sanghyang. Waaaaw ombaknya bener-bener bikin jiper. Beberapa kawan kami muntah di perjalanan. Kasian Ayu yang sedang hamil.
menuju penginapan
 Pukul 15:00 kami sampai di Pulau Sanghyang, yang adalah perkampungan nelayan. Pulau ini hanya terdiri dari kurang lebih 10 KK, 1 RT. Umumnya penduduk yang tinggal di sini juga punya rumah di Anyer, jadi mereka di sini hanya untuk bekerja, atau liburan sekolah. Rumah penduduk terbuat dari kayu dan umumnya berbentuk rumah panggung. Toilet sangat terbatas. Kami menggunakan toilet di pendopo pulau untuk mandi. Hanya itu saja kamar mandi yang tertutup. Tempat ini lumayan terpencil, signal handphone gak nyampe euy. Bener-bener runaway.
our homestay

Setelah makan siang, kami siap-siap untuk trekking hutan menuju Goa Kelelawar. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 1 jam. Goa Kelelawar yang bau kotoran hewan ini berukuran kecil dan langsung menembus laut. Awalnya kami berpikir kalau kami akan masuk susur goa, ternyata hanya mencapai mulut goa. Di goa ini banyak terdapat kelelawar, ikan hiu, dan biawak. Keren deh. Setelah foto-foto, kami beranjak ke sisi lain pulau untuk menikmati sunset, gak tau ini nama pantainya apa. Di pantai ini banyak kayu dan sampah.
Goa Kelelawar
Setelah menikmati sunset, kami kembali ke homestay untuk bersih-bersih lalu makan malam di pendopo. Malamnya, kami mengadakan acara sharing sampai jam 12 malam. Alhasil, paginya gak kuat ngeliat sunrise hahaha.
Setelah sarapan pagi, kami menuju Legon Waru untuk snorkelling. Oh iya, si Pulau Sanghyang tidak terdapak penyewaan snorkel gear dan fin, jadi harus bawa sendiri dari Jakarta. Gw nyewa snorkel gear dan fin dari Ligoola yang berlokasi di Tebet, Jakarta. Di Legon Waru banyak karang bagus tapi ikannya sedikit. Kemudian spot kedua di Legon Bajo. Anjrit, keren dah! Ikan juga banyak, warna-warni. Sayang banget underwater cameranya bang Freddy udah lowbat waktu di Legon Waru. Di Legon Bajo banyak karang yang dangkal sekali, jadi hati-hati banget takut nginjek. Pukul 10:30 kami lunch di pantai Legon Bajo, sisi lain pulau Sanghyang. Kemudian pukul 11:30 kami berlayar kembali ke Anyer. Kami harus berangkat sebelum jam 12, karena takut akan ombak yang bergejolak. Ternyata bener aja, wuih luar biasa ombaknya, baju kami basah semua. Tapi kali ini nggak ada yang muntah, mungkin karena sudah makan siang.
HPEQ troopers in Love formation
Kami sampai di rumah Pak Rais pukul 13:00. Kemudian kami beres-beres, pamit, dan beranjak pulang pukul 15:30. Kami sampai di Jakarta kira-kira pukul 19:00. Thank God for the end-year runaway :D

ini sedikit videonya
Cheers!