Wednesday, March 19, 2014

INDONESIA, SEHAT?



“Saya sudah satu minggu dirawat di sini, tapi masih nggak tahu penyakit saya apa..” ucap seorang pasien di sebuah rumah sakit pemerintah di bilangan Jakarta Selatan. Bagi saya, kalimat ini tidak asing didapatkan dari pasien yang dirawat di rumah sakit pemerintah. Program-program baru pemerintah seperti Jamkesmas, Jampersal, dan BPJS menghasilkan perubahan besar dalam pelayanan kesehatan. Program-program tersebut tampak dapat memberikan kesejahteraan yang diharapkan masyarakat Indonesia selama ini. Namun, saya mendapatkan hal yang berbeda.

Tidak dapat dipungkiri, program Jamkesmas, Jampersal, atau BPJS memang sangat berguna untuk jaminan kesehatan masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah. Saya banyak menemukan pasien yang menderita penyakit jantung, kanker, atau Diabetes Mellitus yang membutuhkan waktu lama untuk akhirnya memeriksakan dirinya karena keterbatasan biaya. Program-program tersebut membuat masyarakat berbondong-bondong untuk menggunakan pelayanan kesehatan pemerintah. Lalu, apa akibatnya? Pasien di rumah sakit pemerintah pun membludak. Sedangkan, tenaga kesehatan terbatas. Hal ini berdampak pada kurang maksimalnya layanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Di samping itu, sarana prasarana atau alat kesehatan yang digunakan juga sangat terbatas. Seperti pada pasien yang saya sebutkan diatas, beliau harus menunggu satu minggu untuk dilakukan pemeriksaan jantung karena alat yang digunakan terbatas, sehingga harus mengantri dengan pasien lain.

Sisi lain yang saya temukan pada fenomena ini ialah banyaknya keluhan yang datang dari petugas kesehatan. Seorang perawat di rumah sakit pemerintah di Jakarta Selatan mengatakan dirinya lelah akan keluhan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan yang kurang baik. Dia mengatakan rumah sakit tempat ia bekerja sudah cukup baik menangani pasien yang overload. Selain itu, ada juga dokter umum di Surabaya yang mengkritik program BPJS yang membuatnya kelelahan menangani pasien sedangkan ia merasa tidak mendapatkan gaji yang sesuai. Saya juga pernah mendapati seorang bidan di Pontianak yang mengatakan harus mengocek kantong sendiri untuk membiayai alat-alat yang kurang, yang digunakan dalam proses persalinan, karena tidak dicover oleh program Jampersal.

Salah satu misi pemerintah dalam Indonesia Sehat 2010 ialah memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau. Kemudian program sumber daya kesehatan disebutkan dalam Indonesia Sehat 2015 yaitu pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Isu pelayanan kesehatan bermutu serta jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat Indonesia ini dirasa belum dapat mencapai Indonesia Sehat. Pemerintah perlu kembali mengevaluasi secara akurat implementasi program-program tersebut di seluruh wilayah Indonesia, yang menurut saya, masih sakit. Kesimpulannya, apakah Indonesia sudah siap menjadi sehat? 

Tuesday, February 18, 2014

Edukasi Kesehatan Remaja

ahh gw lupa posting ini..
Kegiatan IYHPS (Indonesian Young Health Professionals' Society) di Oktober 2013 kemarin, melaksanakan edukasi kesehatan reproduksi remaja di SMAN 69 Pulau Pramuka. *sekalian jalan2 hehe
Here are the snapshots!










Mas Topik yang memfasilitasi kami di sana

Gunung Papandayan, 2665 mdpl


As I said before, gw gak mau ke gunung dulu, apalagi masuk musim ujan gini. Tapi Bonbon keukeuh deehh.. yowes ikut ajah. Dari beberapa orang yang direncanakan ikut, akhirnya yang ikut 6 orang (Gw, Bonbon, Bunga, Oci, Abby, dan Lando).
15 November 2013 malam kami kumpul di Terminal Kp. Rambutan dan naik bus ke Garut. Duh lupa kaaan.. biaya bus Rp 250,000 ber-6. Posisi duduknya (Oci-Abby pelukan), belakang (Gw-Bonbon senderan), belakang lagi (Bunga-Lando belakang-belakangan) ahahaha okeh gak penting!
Lando, Abby, Oci, Bunga, Bonbon, Gw
16 November 2013 subuh kami sampai di terminal Garut. Kami langsung charter angkot menuju Masjid pintu masuk ke Gn. Papandayan. Harga angkotnya mehoong deeehh.. Rp. 180,000. Kami sampai di Masjid pintu masuk area Papandayan sekitar pukul 07:00. Kemudian kami cari warteg untuk makan, bersih2, beli nasi buat di atas. Setelah makan, kami cari charteran pick up menuju Pos Papandayan. Waktu itu kami bareng 4 atau 5 orang cowok gitu patungan untuk pick up. Lupa harganya, dari kami sih 120rb. Treknya uwoooowwww benjet deh, pantat sakit, musti pegangan kenceng2, tapi seru!

Setelah ngurus perijinan dan bayar retribusi (20rb per group) kami memulai perjalanan kami. Treknya berbatu. Oke banget sih menurut gw.. gak sulit, gak jauh, Cuma sempet nyesek pas ketemu kawah belerang. Musti siap masker nih.. spot yang paling berkesan buat gw itu Hutan Mati. Aihh ketjeeeeeeee…!!!! Waktu mau sampai di Pondok Seladah (camping ground) banyak Edelweiss, seneeeng! Gak nyangka banyak juga pendaki yang datang lagi musim hujan gitu.
Lalu kami bangun tenda, ambil air di sumber air, masak, ngobrol, makan, istirahat, foto2.. ya gitu2 aja sampe malam.. gerimis..berenti..gerimis…berenti.. curhaaaaatttt session!

Hutan Mati

 

narsis depan tenda tertjintah

17 November 2013 gw paksa bangun subuh liat kondisi apakah memungkinkan naik ke Tegal Alun. Tapi kabut tebel bangeeet plus gerimis.. huh batal deh…. Tidur lagi hahaha.. abis males2an, foto2, Bunga masak, trus kami makan, packing, beres2 sampah, siap2 pulang deh.
Di perjalanan trek pulang, eke suka! Lewatin hutan dan tanah basah.. baunya enak. Hahaha.. di jalan kami ketemu kelompok pendaki senior yang bawa anak kecil, namanya Caldera, klo gak salah usia 6 tahun. Maaaann!! Calon nama anak lelaki gw nanti nih.. oke banget deh didik anak melalui alam, babay gadgets! Gw suka banget sama viewnya tapi sayang gerimis datang dan pergi jadi kurang oke deh foto2nya.
Siang hari sekitar jam 13 kami sudah sampai terminal Garut. Kami makan di warteg gile enak banget rasanya! Kayak gak pernah makan. Itu sop iga keknya sop iga terenak yang pernah gw rasain! Hahaha. Setelah bersih2, kami naik bus dan sampai di Kp. Rambutan sekitar jam 9 malam.
SUPER, Deo!!!!!


 Enjoy the video below :)