“Saya sudah satu minggu dirawat di
sini, tapi masih nggak tahu penyakit saya apa..” ucap seorang pasien di sebuah
rumah sakit pemerintah di bilangan Jakarta Selatan. Bagi saya, kalimat ini
tidak asing didapatkan dari pasien yang dirawat di rumah sakit pemerintah.
Program-program baru pemerintah seperti Jamkesmas, Jampersal, dan BPJS
menghasilkan perubahan besar dalam pelayanan kesehatan. Program-program
tersebut tampak dapat memberikan kesejahteraan yang diharapkan masyarakat
Indonesia selama ini. Namun, saya mendapatkan hal yang berbeda.
Tidak dapat dipungkiri, program
Jamkesmas, Jampersal, atau BPJS memang sangat berguna untuk jaminan kesehatan
masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah. Saya banyak menemukan pasien
yang menderita penyakit jantung, kanker, atau Diabetes Mellitus yang
membutuhkan waktu lama untuk akhirnya memeriksakan dirinya karena keterbatasan
biaya. Program-program tersebut membuat masyarakat berbondong-bondong untuk
menggunakan pelayanan kesehatan pemerintah. Lalu, apa akibatnya? Pasien di
rumah sakit pemerintah pun membludak.
Sedangkan, tenaga kesehatan terbatas. Hal ini berdampak pada kurang maksimalnya
layanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Di samping itu, sarana
prasarana atau alat kesehatan yang digunakan juga sangat terbatas. Seperti pada
pasien yang saya sebutkan diatas, beliau harus menunggu satu minggu untuk
dilakukan pemeriksaan jantung karena alat yang digunakan terbatas, sehingga
harus mengantri dengan pasien lain.
Sisi lain yang saya temukan pada
fenomena ini ialah banyaknya keluhan yang datang dari petugas kesehatan.
Seorang perawat di rumah sakit pemerintah di Jakarta Selatan mengatakan dirinya
lelah akan keluhan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan yang kurang baik.
Dia mengatakan rumah sakit tempat ia bekerja sudah cukup baik menangani pasien
yang overload. Selain itu, ada juga
dokter umum di Surabaya yang mengkritik program BPJS yang membuatnya kelelahan
menangani pasien sedangkan ia merasa tidak mendapatkan gaji yang sesuai. Saya
juga pernah mendapati seorang bidan di Pontianak yang mengatakan harus mengocek
kantong sendiri untuk membiayai alat-alat yang kurang, yang digunakan dalam
proses persalinan, karena tidak dicover
oleh program Jampersal.
Salah satu misi pemerintah dalam
Indonesia Sehat 2010 ialah memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata, dan terjangkau. Kemudian program sumber daya kesehatan
disebutkan dalam Indonesia Sehat 2015 yaitu pengembangan jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat. Isu pelayanan kesehatan bermutu serta jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat Indonesia ini dirasa belum dapat mencapai
Indonesia Sehat. Pemerintah perlu kembali mengevaluasi secara akurat
implementasi program-program tersebut di seluruh wilayah Indonesia, yang
menurut saya, masih sakit. Kesimpulannya, apakah Indonesia sudah siap menjadi
sehat?